Monday, November 12, 2012

Spirometer [Spirometri]

http://recyclearea.wordpress.com/2009/09/27/spirometer/

2.1 Pengertian Spirometer
Spirometer adalah alat untuk mengukur aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru dan dicatat dalam grafik volum per waktu.



2.3 Prinsip Kerja Spirometer
Spirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum Archimedes. Hal ini tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan naik turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam sebuah katrol . Katrol ini dihubungkan kepada sebuah bandul yang dapat bergerak naik turun. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas silinder berputar.
 
2.4 Cara Kerja
Sebenarnya cara kerja spirometer cukup mudah yaitu sesorang disuruh bernafas (menarik nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang itu ditutup. Tabung yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu drum pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan mencatat sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara.

2.5 Manfaat Spirometer
Pengukuran Laju Metabolisme

Dalam penetapan laju metabolisme, konsumsi Oksigen umumnya diukur dengan menggunakan spirometer yang diisi dengan O2 dan suatu sistem yang mengabsorpsi CO2. Bandul Spirometer dihubungkan dengan alat pencatat yuang bergerak diatas suatu silinder yang berputar, sementara bandul bergerak naik turun.Dengan menarik garis sepanjang grafik yang dibuat,akan diperoleh suatu kemiringan tertentu yang sebanding dengan besarnya konsumsi O2.Jumlah O2 yang dipakai (dalam ml) persatuan waktu dikoreksi pada suhu dan tekanan standar,kemudian dikonversikan menjadi energi yaitu dengan dikalikan 4,82 kcal/L O yang dipakai.

DW-MRI vs CTP for stroke

Para dokter sebaiknya menggunakan MRI untuk mendiagnosa stroke dibandingkan dengan menggunakan CT Scan, menurut sebuah guideline yang dikeluarkan oleh American Academy of Neurology (Saint Paul, MN, USA; www.aan.com). Guideline ini dikeluarkan pada Juli 2010 kemarin di jurnal Neurology yang dikelola oleh lembaga ini.

"Saat ini CT scan masih menjadi standar pengujian untuk mendiagnosa stroke, namun kami menemukan bahwa hasil scan MRI jauh lebih baik dalam mendeteksi kerusakan akibat stroke isemik dibandingkan dengan CT Scan". (Ischemic stroke adalah jenis stroke yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah ke otak). Hal ini diungkapkan oleh ketua tim penyusun guideline Peter Schellinger, M.D., (Johannes Wesling Clinical Center Minden, Germany).

"
Diffusion MRI measures molecular water motion in the tissue, revealing where water diffusion is restricted and therefore brain damage has occurred. According to the guideline, diffusion MRI should be considered more useful than a CT scan for diagnosing acute ischemic stroke within 12 hours of an individual’s first stroke symptom. In one large study, among others, that was reviewed for the guideline, stroke was accurately detected 83% of the time by MRI versus 26% of the time by CT.

“Specific types of MRI scans can help reveal how severe some types of stroke are. These scans also may help find lesions early,” Dr. Schellinger said. “This is important because the research suggests finding lesions early may lead to better health outcomes.” Moreover, the guideline found MRI scans more effectively detected lesions from stroke and helped identify the severity of some types of stroke or diagnose other medical conditions with similar symptoms. Dr. Schellinger reported that studies have validated the importance of using MRI in emergency rooms but said reservations still exist surrounding the use of stroke MRI scans in clinical settings. “This guideline gives doctors clear direction in using MRI first, ultimately helping people get an acute stroke diagnosis and treatment faster.

However, one situation in which CT may still be used first is when a person needs an emergency injection of drug therapy [also known as intravenous thrombolytic therapy to break up blood clots, if MRI is not immediately available, to avoid delays in starting this treatment. MRI can be added later if more information is needed. Otherwise, MRI should be used first.”

The American Academy of Neurology, an association of more than 22,000 neurologists and neuro-science professionals, is focused on promoting the highest quality patient-centered neurologic care.
Medical Imaging International (November-December/2010)

Bronchoscopy [Bronkoskopi]

http://medianers.blogspot.nl/2012/02/pemeriksaan-bronkoskopi.html

Bronkoskopi adalah pemeriksaan/inspeksi langsung terhadap laring, trakea dan bronkus, melalui suatu bronkoskop logam standar atau bronkoskop serat optik fleksibel yang disebut dengan bronkofibroskop.
Melalui bronkoskop sebuah sikat kateter atau forsep biopsi dapat dimasukan untuk mengambil sekresi dan jaringan untuk pemeriksaan sitologi.

Tujuan Bronkoskopi
Tujuan utama bronkoskopi adalah untuk melihat, mengambil dan mengumpulkan spesimen.

Indikasi Bronkoskopi
  1. Untuk mendeteksi lesi trakeobronkial karena tumor.
  2. Untuk mengetahui lokasi perdarahan.
  3. Untuk mengambil benda asing (sekresi dan jaringan).
  4. Untuk pemeriksaan sitologi dan bakteriologik.
  5. Untuk memperbaiki drainase trakeobronkial.
Prosedur Tindakan Bronkoskopi
  1. Persetujuan Tindakan.
  2. Puasa selama 6 jam, lebih dianjurkan 8-12 jam.
  3. Lepaskan gigi palsu, kontak lensa dan perhiasan.
  4. Kaji riwayat alergi terhadap obat-obatan.
  5. Periksa dan catat tanda-tanda vital.
  6. Premedikasi.
  7. Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi fowlers dengan kepala ditengadahkan atau didudukan dikursi. Tenggorok disemprot dengan anestesi lokal. Bronkoskop dimasukan melalui mulut atau hidung.
  8. Wadah spesimen diberi label dan segera dibawa ke laboratorium.
  9. Lama pemeriksaan kurang lebih 1 jam.
Intervensi Keperawatan Pasca Pemeriksaan Bronkoskopi
  1. Kenali Komplikasi yang dapat terjadi setelah bronkoskopi, misal edema laring, bronkospasme dan perdarahan.
  2. Pantau tanda-tanda vital, terutama observasi Tekanan Darah.
  3. Kaji tanda dan gejala susah bernafas.Seperti, dispnea,bersin dan suara nafas menurun.
  4. Anjurkan klien untuk tidak merokok selama 6-8 jam. Merokok dapat menyebabkan batuk dan perdarahan, khususnya setelah biopsi.